Sahih muslim kitab puasa sesi 15s
١٤ - الصيام » ٥٦٨ - فضل ليلة القدر والحث على طلبها وبيان محلها وأرجى
14. Puasa » 568. Keutamaan malam lailatul qadar
باب فَضْلِ لَيْلَةِ الْقَدْرِ وَالْحَثِّ عَلَى طَلَبِهَا وَبَيَانِ مَحِلِّهَا وَأَرْجَى أَوْقَاتِ طَلَبِهَا:
Ini bab kelebihan malam qadar dan galakkan supaya mencarinya. Dan menyatakan tempatnya dan waktunya yang diharap mendapatnya.
-Apa maksud malam lailatul qadar?
Pendapat pertama;
Malam lailatul qadar dari segi bahasa adalah malam ketetapan atau malam keputusan.
Yakni pada malam itu mengikut setengah-tengah ulamak malam itu Allah memutuskan apa-apa yang akan berlaku kepada manusia disepanjang tahun itu. Malaikat juga diberitahu pada malam itu apa yang diperintahkan mereka akan buat bagi tahun itu. Seolah-olah malam diberitahu itu diminta kita minta kebaikan dari Allah swt. Yakni minta Allah tuliskan atau perintahkan sesuatu yang baik untuk kita untuk dilaksanakan oleh malaikat keatas kita.
Pendapat kedua;
Malam qadar itu adalah malam diturunkan Al Quran yang merupakan kata pemutus yang menentukan taqdir dan nasib manusia didalam kehidupannya samada akan bahagia atau celaka baik didunia atau diakhirat.
Malam menentukan nasib manusia atau tuah yakni kalau manusia menerima alquran ini tanda dia orang bertuah dan bernasib baik. Dan kalau dia tidak menerima al quran yang diturunkan itu bermakna dia seorang celaka dan malang baik di dunia atau diakhirat. Itu maksud malam qadar atau malam penentuan. Penentuan diantara syirik dan tauhid. Atau diantara iman dan kufur. Dan petunjuk nak menentukan iman dan syirik, Islam atau kafir panduan dari alquran. Dan Allah swt nak bagi tau betapa mulianya Alquran itu ,selain dari orang yang berpegang dengan alquran itu dapat menjalani hidupnya dengan baik , Allah bagi peluang atau perluaskan anugerah (sebagai hendak menyatakan kebesaran malam itu ) kepada yang beribadat malam itu nilai ibadatnya sama dengan 1000 bulan yang lain.
-contoh sempena hari keputeraan raja diberikan berbagai anugerah sebagai tanda hari kebesaran.
- itulah malam qadar sebagai hadiah untuk menyatakan kebesaran malam itu dalam kebesaran kerajaan Allah swt.
-malam itu malam di bulan Ramadan.
-kelebihan mailakat kerana membawa rahmat dan doanya makbul.
Minit 35
-mengikut ulamak ilmu kalam ada 2 keadaan qadak
1.Qadak mubrok adalah qadak yang sudah putus.
2.Qadak mualaq adalah qadak yang belum putus atau tergantung.
-Allah juga telah tahu akan pilihan manusia.
-Dari Qadi Iyad berkata ulamak berselisih pendapat tentang tempat malam qadar.
-satu pendapat kata malam qadar itu berpindah-pindah dari satu malam kemalam yang lain dari satu tahun ketahun lain.
-sebab hadits banyak berbeza-beza malam.
-Hadits 1999
dari Abdah dan Ashim bin Abun Najud keduanya mendengar Zirr bin Hubaisy berkata, saya bertanya kepada Ubay bin Ka'b radliallahu 'anhu. Saya katakan, "Sesungguhnya saudaramu Ibnu Mas'ud berkata, 'Barangsiapa yang menunaikan shalat(beribadat) malam sepanjang tahun, niscaya ia akan mendapatkan malam Lailatul Qadr" Maka Ubay bin Ka'b berkata, "Semoga Allah merahmatinya. Ia menginginkan agar manusia tidak hanya bertawakkal (dia bermaksud orangramai tidak berserah ). Sesungguhnya ia telah mengetahui bahwa Lailatul Qadr terjadi pada bulan Ramadlan, yakni dalam sepuluh hari terakhir tepatnya pada malam ke dua puluh tujuh." kemudian Ubay bin Ka'b bersumpah, bahwa adanya Lailatul Qadr adalah pada malam ke dua puluh tujuh. Maka saya(Zirr bin Hubaisy) pun bertanya, "Dengan landasan apa(engkau berpandukan apa wahai abi munzir?), Anda mengatakan hal itu ya Abu Mundzir?" Ia menjawab, "Dengan dasar alamat atau tanda-tanda yang telah dikabarkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam kepada kami, bahwa(malam qadar dengan hari bberikutnya) di hari itu matahari terbit dengan pancaran cahaya yang tidak menyengat."
-ini bermakna Ibnu Masud tahu dari nabi saw.
-ada yang kata sepanjang Ramadan(mana2 satu darinya)
-ada yang kata 10 yang tengah.
- ada kata di malam ganjil.
-ada kata malam yang genap.
-ada yang kata 10 terakhir.
-ada yang tetap 21 atau ada yang kata tetap 27.
-yang agak tepat 10 akhir dan yang ganjil.
-hikmatnya supaya sentiasa buat amal dan sekurang2nya masa itu; 10 atau 7 terakhir Ramadan .
- ada yang kata itu khusus untuk tahun itu.
- jika malap 2 atau 3 hari bagaimana pula?
-perkara baik akan hilang bila ada perkara2 yang tidak baik berlaku.peringatan jangan dicampur perkara baik dan buruk kerana akan menghilangkan rahmat.Kerana itu kena jaga keadaan sekeliling.
-paling kurang didik anak agar tahu menghormati masa ibadah.
١٩٨٥ - و حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى قَالَ قَرَأْتُ عَلَى مَالِكٍ عَنْ نَافِعٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ رِجَالًا مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُرُوا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْمَنَامِ فِي السَّبْعِ الْأَوَاخِرِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَرَى رُؤْيَاكُمْ قَدْ تَوَاطَأَتْ فِي السَّبْعِ الْأَوَاخِرِ فَمَنْ كَانَ مُتَحَرِّيَهَا فَلْيَتَحَرَّهَا فِي السَّبْعِ الْأَوَاخِرِ
1985. Dan Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya ia berkata, saya telah membacakan kepada Malik dari Nafi'
dari Ibnu Umar radliallahu 'anhuma bahwa seorang laki-laki dari sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bermimpi bahwa Lailatul Qadr terdapat pada tujuh(malam) hari terakhir (dari bulan Ramadlan). Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Aku juga bermimpi seperti mimpimu itu, melihat Lailatul Qadr itu jatuh bertepatan pada tujuh hari terakhir bulan Ramadlan(saya fikir mimpi kamu telah sama tentang 7 yakni 7malam terakhir). Maka siapa yang mencarinya, (hendaklah)carilah dalam tujuh hari terakhir itu."
١٩٨٦ - و حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى قَالَ قَرَأْتُ عَلَى مَالِكٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ دِينَارٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي السَّبْعِ الْأَوَاخِرِ
1986. Dan Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya ia berkata, saya telah membacakan kepada Malik dari Abdullah bin Dinar
dari Ibnu Umar radliallahu 'anhuma, dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Carilah Lailatul Qadr pada tujuh malam terakhir (dari bulan Ramadlan)."
١٩٨٧ - و حَدَّثَنِي عَمْرٌو النَّاقِدُ وَزُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ قَالَ زُهَيْرٌ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ سَالِمٍ عَنْ أَبِيهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ رَأَى رَجُلٌ أَنَّ لَيْلَةَ الْقَدْرِ لَيْلَةُ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَرَى رُؤْيَاكُمْ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ فَاطْلُبُوهَا فِي الْوِتْرِ مِنْهَا
1987. Dan telah menceritakan kepadaku Amru An Naqid dan Zuhair bin Harb - Zuhair berkata- Telah menceritakan kepada kami Sufyan bin Uyainah dari Az Zuhri
dari Salim(Ibnu Umar) dari bapaknya radliallahu 'anhu, ia berkata; Seorang(lelaki telah) bermimpi bahwa Lailatul Qadr terdapat pada malam kedua puluh tujuh bulan Ramadlan. Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Aku bermimpi seperti mimpimu, yaitu pada sepuluh malam yang akhir. Karena itu, carilah ia pada malam-malam yang ganjil(dari sepuluh malam yang terakhir itu)."
١٩٨٨ - و حَدَّثَنِي حَرْمَلَةُ بْنُ يَحْيَى أَخْبَرَنَا ابْنُ وَهْبٍ أَخْبَرَنِي يُونُسُ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ أَخْبَرَنِي سَالِمُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ أَنَّ أَبَاهُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لِلَيْلَةِ الْقَدْرِ إِنَّ نَاسًا مِنْكُمْ قَدْ أُرُوا أَنَّهَا فِي السَّبْعِ الْأُوَلِ وَأُرِيَ نَاسٌ مِنْكُمْ أَنَّهَا فِي السَّبْعِ الْغَوَابِرِ فَالْتَمِسُوهَا فِي الْعَشْرِ الْغَوَابِرِ
1988. Dan telah menceritakan kepadaku Harmalah bin Yahya telah mengabarkan kepada kami Ibnu Wahb telah mengabarkan kepadaku Yunus dari Ibnu Syihab telah mengabarkan kepadaku
Salim bin Abdullah bin Umar(Ibnu Umar) bahwa bapaknya radliallahu 'anhu berkata; Saya mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda berkenaan dengan Lailatul Qadr: "Beberapa orang di antara kalian telah bermimpi(ditunjukan) bahwa Lailatul Qadr itu terdapat pada tujuh malam yang awal(yang pertama), sedangkan yang lain bermimpi terdapat pada tujuh malam terakhir (dari Ramadlan). Maka carilah ia pada sepuluh yang akhir."
١٩٨٩ - و حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ عُقْبَةَ وَهُوَ ابْنُ حُرَيْثٍ قَالَ سَمِعْتُ ابْنَ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا يَقُولُا قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْتَمِسُوهَا فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ يَعْنِي لَيْلَةَ الْقَدْرِ فَإِنْ ضَعُفَ أَحَدُكُمْ أَوْ عَجَزَ فَلَا يُغْلَبَنَّ عَلَى السَّبْعِ الْبَوَاقِي
1989. Dan Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al Mutsanna telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja'far telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari Uqbah bin Huraits ia berkata, saya mendengar Ibnu Umar radliallahu 'anhuma berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Carilah ia pada sepuluh terakhir (Ramadlan), yakni Lailatul Qadr. Maka jika salah seorang dari kalian tidak sempat atau tidak mampu(atau lemah), maka jangan(ketinggalan) sampai terlewatkan tujuh malam terakhir."
١٩٩٠ - و حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ جَبَلَةَ قَالَ سَمِعْتُ ابْنَ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا يُحَدِّثُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ مَنْ كَانَ مُلْتَمِسَهَا فَلْيَلْتَمِسْهَا فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ
1990. Dan Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al Mutsanna telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja'far telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari Jabalah ia berkata, saya mendengar
Ibnu Umar radliallahu 'anhuma menceritakan dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, bahwa beliau bersabda: "Siapa yang ingin mencari (Lailatul Qadr), maka hendaklah ia mencarinya pada sepuluh akhir Ramadlan."
١٩٩١ - و حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ مُسْهِرٍ عَنْ الشَّيْبَانِيِّ عَنْ جَبَلَةَ وَمُحَارِبٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَحَيَّنُوا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ أَوْ قَالَ فِي التِّسْعِ الْأَوَاخِرِ
1991. Dan Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami Ali bin Mushir dari Asy Syaibani dari Jabalah dan Muharib
dari Ibnu Umar radliallahu 'anhuma, ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Carilah Lailatul Qadr pada sepuluh hari terakhir -atau beliau berkata- pada sembilan hari terakhir (dari bulan Ramadlan)."
١٩٩٢ - حَدَّثَنَا أَبُو الطَّاهِرِ وَحَرْمَلَةُ بْنُ يَحْيَى قَالَا أَخْبَرَنَا ابْنُ وَهْبٍ أَخْبَرَنِي يُونُسُ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أُرِيتُ لَيْلَةَ الْقَدْرِ ثُمَّ أَيْقَظَنِي بَعْضُ أَهْلِي فَنُسِّيتُهَا فَالْتَمِسُوهَا فِي الْعَشْرِ الْغَوَابِرِ و قَالَ حَرْمَلَةُ فَنَسِيتُهَا
1992. Telah menceritakan kepada kami Abu Thahir dan Harmalah bin Yahya keduanya berkata, telah mengabarkan kepada kami Ibnu Wahb telah mengabarkan kepadaku Yunus dari Ibnu Syihab dari Abu Salamah bin Abdurrahman dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Lailatul Qadr telah diperlihatkan(ditunjukan) kepadaku (dalam mimpi), kemudian aku dibangunkan oleh sebagian keluargaku, lalu aku pun dilupakan untuk mengingatnya kembali karena itu, carilah Lailatul Qadr itu pada sepuluh akhir (bulan Ramadlan)." Harmalah berkata; "Lalu saya melupakannya(saya telah terlupa)."
١٩٩٣ - حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا بَكْرٌ وَهُوَ ابْنُ مُضَرَ عَنْ ابْنِ الْهَادِ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ إِبْرَاهِيمَ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُجَاوِرُ فِي الْعَشْرِ الَّتِي فِي وَسَطِ الشَّهْرِ فَإِذَا كَانَ مِنْ حِينِ تَمْضِي عِشْرُونَ لَيْلَةً وَيَسْتَقْبِلُ إِحْدَى وَعِشْرِينَ يَرْجِعُ إِلَى مَسْكَنِهِ وَرَجَعَ مَنْ كَانَ يُجَاوِرُ مَعَهُ ثُمَّ إِنَّهُ أَقَامَ فِي شَهْرٍ جَاوَرَ فِيهِ تِلْكَ اللَّيْلَةَ الَّتِي كَانَ يَرْجِعُ فِيهَا فَخَطَبَ النَّاسَ فَأَمَرَهُمْ بِمَا شَاءَ اللَّهُ ثُمَّ قَالَ إِنِّي كُنْتُ أُجَاوِرُ هَذِهِ الْعَشْرَ ثُمَّ بَدَا لِي أَنْ أُجَاوِرَ هَذِهِ الْعَشْرَ الْأَوَاخِرَ فَمَنْ كَانَ اعْتَكَفَ مَعِي فَلْيَبِتْ فِي مُعْتَكَفِهِ وَقَدْ رَأَيْتُ هَذِهِ اللَّيْلَةَ فَأُنْسِيتُهَا فَالْتَمِسُوهَا فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ فِي كُلِّ وِتْرٍ وَقَدْ رَأَيْتُنِي أَسْجُدُ فِي مَاءٍ وَطِينٍ قَالَ أَبُو سَعِيدٍ الْخُدْرِيُّ مُطِرْنَا لَيْلَةَ إِحْدَى وَعِشْرِينَ فَوَكَفَ الْمَسْجِدُ فِي مُصَلَّى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَنَظَرْتُ إِلَيْهِ وَقَدْ انْصَرَفَ مِنْ صَلَاةِ الصُّبْحِ وَوَجْهُهُ مُبْتَلٌّ طِينًا وَمَاءً و حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي عُمَرَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ يَعْنِي الدَّرَاوَرْدِيَّ عَنْ يَزِيدَ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ إِبْرَاهِيمَ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّهُ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُجَاوِرُ فِي رَمَضَانَ الْعَشْرَ الَّتِي فِي وَسَطِ الشَّهْرِ وَسَاقَ الْحَدِيثَ بِمِثْلِهِ غَيْرَ أَنَّهُ قَالَ فَلْيَثْبُتْ فِي مُعْتَكَفِهِ وَقَالَ وَجَبِينُهُ مُمْتَلِئًا طِينًا وَمَاءً
1993. Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'id telah menceritakan kepada kami Bakr bin Mudlar dari Ibnul Hadi dari Muhammad bin Ibrahim dari Abu Salamah bin Abdurrahman
dari Abu Sa'id Al Khudri radliallahu 'anhu, ia berkata; Dulu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melakukan I'tikaf pada sepuluh hari pertengahan (ditengah ) bulan Ramadlan, dan ketika dua puluh hari dari bulan Ramadlan telah berlalu dan hari ke dua puluh satu akan segera masuk, beliau kembali ke tempat tinggalnya dan orang-orang yang ikut beri'tikaf bersamanya pun ikut pulang( dan masuk malam 21 beliau pulang dan orang yang beriktikaf bersamq dengannya) . Namun pada(bulan yang lain) malam ke dua puluh satu Ramadlan, beliau kembali beri'tikaf dan menyuruh orang-orang agar ikut beri'tikaf bersamanya:
(Dulu dia berhenti iktikaf pada malam 21 ,ini dia mula beriktikqf pada malam 21) "Barangsiapa yang ingin beri'tikaf bersamaku, hendaklah ia bermalam di tempat I'tikafnya. Dan sesungguhnya, aku telah melihat (bahwa) malam ini (adalah malam lalaitul Qadar), namun aku dilupakan kembali. Karena itu, carilah (Lailatul Qadar itu) pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadlan. Yakni pada setiap malam ganjil. Dan aku juga telah bermimpi sujud di tanah yang basah."
Abu Sa'id berkata, "Hujan pun turun pada malam ke dua puluh satu hingga air hujan itu merambat(bercucuran air) ke tempat shalat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Aku melihat ke tempat itu, ternyata beliau telah beranjak usai (selesai)menunaikan shalat Shubuh, sementara di wajah beliau basah dengan tanah bercampur air."
Dan Telah mennceritakan kepada kami Ibnu Abu Umar telah menceritakan kepada kami Abdul Aziz yakni Ad Darawardi, dari Yazid dari Muhammad bin Ibrahim dari Abu Salamah bin Abdurrahman
dari Abu Sa'id Al Khudri radliallahu 'anhu, bahwa ia berkata; "Dulu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melakukan I'tikaf pada sepuluh hari pertengahan bulan Ramadlan." Maka ia pun menyebutkan hadits yang semisalnya, hanya saja ia menyebutkan; "FALYUTSBIT FI MU'TAKAFIHI (Hendaklah ia menetap di tempat I'tikafnya)." Dan ia juga menyebutkan; "WA JABIINUHU MUMTALI`AN THIINAN WA MAA`AN (Dan pada keningnya(dahinya) terdapat tanah dan air)."
١٩٩٤ - و حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الْأَعْلَى حَدَّثَنَا الْمُعْتَمِرُ حَدَّثَنَا عُمَارَةُ بْنُ غَزِيَّةَ الْأَنْصَارِيُّ قَالَ سَمِعْتُ مُحَمَّدَ بْنَ إِبْرَاهِيمَ يُحَدِّثُ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اعْتَكَفَ الْعَشْرَ الْأَوَّلَ مِنْ رَمَضَانَ ثُمَّ اعْتَكَفَ الْعَشْرَ الْأَوْسَطَ فِي قُبَّةٍ تُرْكِيَّةٍ عَلَى سُدَّتِهَا حَصِيرٌ قَالَ فَأَخَذَ الْحَصِيرَ بِيَدِهِ فَنَحَّاهَا فِي نَاحِيَةِ الْقُبَّةِ ثُمَّ أَطْلَعَ رَأْسَهُ فَكَلَّمَ النَّاسَ فَدَنَوْا مِنْهُ فَقَالَ إِنِّي اعْتَكَفْتُ الْعَشْرَ الْأَوَّلَ أَلْتَمِسُ هَذِهِ اللَّيْلَةَ ثُمَّ اعْتَكَفْتُ الْعَشْرَ الْأَوْسَطَ ثُمَّ أُتِيتُ فَقِيلَ لِي إِنَّهَا فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ فَمَنْ أَحَبَّ مِنْكُمْ أَنْ يَعْتَكِفَ فَلْيَعْتَكِفْ فَاعْتَكَفَ النَّاسُ مَعَهُ قَالَ وَإِنِّي أُرْبِئْتُهَا لَيْلَةَ وِتْرٍ وَإِنِّي أَسْجُدُ صَبِيحَتَهَا فِي طِينٍ وَمَاءٍ فَأَصْبَحَ مِنْ لَيْلَةِ إِحْدَى وَعِشْرِينَ وَقَدْ قَامَ إِلَى الصُّبْحِ فَمَطَرَتْ السَّمَاءُ فَوَكَفَ الْمَسْجِدُ فَأَبْصَرْتُ الطِّينَ وَالْمَاءَ فَخَرَجَ حِينَ فَرَغَ مِنْ صَلَاةِ الصُّبْحِ وَجَبِينُهُ وَرَوْثَةُ أَنْفِهِ فِيهِمَا الطِّينُ وَالْمَاءُ وَإِذَا هِيَ لَيْلَةُ إِحْدَى وَعِشْرِينَ مِنْ الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ
1994. Dan telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Abdul A'la telah menceritakan kepada kami Al Mu'tamir telah menceritakan kepada kami Umarah bin Ghaziyyah Al Anshari ia berkata, saya mendengar Muhammad bin Ibrahim menceritakan dari Abu Salamah
dari Abu Sa'id Al Khudri radliallahu 'anhu, ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melakukan I'tikaf pada sepuluh awal bulan Ramadlan, kemudian dilanjutkannya pada sepuluh pertengahan (tengah Ramadan), dalam sebuah kubah kecil(kubah turki) yang terbuat dari permadani dan pintunya ditutup dengan tikar. Lalu beliau(perawi) ambil tikar itu, dan diletakkannya(menyingkapnya ketepi kubah) di sudut kubah. Kemudian diulurkannya kepalanya(yakni keluar dan bercakap-cakap dengan orang) seraya berujar memanggil orang banyak. Maka mendekatlah (menghampirinya) mereka pada beliau, beliau bersabda: "Aku telah I'tikaf sejak sepuluh awal bulan untuk mendapatkan Lailatul Qadr, kemudian sepuluh yang pertengahan. Kemudian dikatakan kepadaku bahwa Lailatul Qadr itu terdapat(terletak) pada sepuluh akhir Ramadlan. Karena itu, siapa yang suka I'tikaf, maka silahkan." Maka para sahabat pun ikut I'tikaf bersama-sama dengan beliau. Dan beliau juga bersabda: "Aku bermimpi melihat(diperlihatkan) Lailatul Qadr di malam ganjil, yang pada pagi harinya aku sujud di tanah yang basah." Memang, pagi-pagi malam kedua puluh satu beliau shalat Shubuh sedangkan hari hujan sehingga masjid tergenang(tiris) air. Aku melihat tanah dan air. Setelah selesai shalat Shubuh, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam keluar(setelah selesai solat subuh), sedangkan di kening dan hidungnya ada(berbekas) tanah basah. Malam itu adalah malam ke dua puluh satu dari sepuluh yang akhir bulan Ramadlan.
١٩٩٥ - حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى حَدَّثَنَا أَبُو عَامِرٍ حَدَّثَنَا هِشَامٌ عَنْ يَحْيَى عَنْ أَبِي سَلَمَةَ قَالَ تَذَاكَرْنَا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فَأَتَيْتُ أَبَا سَعِيدٍ الْخُدْرِيَّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ وَكَانَ لِي صَدِيقًا فَقُلْتُ أَلَا تَخْرُجُ بِنَا إِلَى النَّخْلِ فَخَرَجَ وَعَلَيْهِ خَمِيصَةٌ فَقُلْتُ لَهُ سَمِعْتَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَذْكُرُ لَيْلَةَ الْقَدْرِ فَقَالَ نَعَمْ اعْتَكَفْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْعَشْرَ الْوُسْطَى مِنْ رَمَضَانَ فَخَرَجْنَا صَبِيحَةَ عِشْرِينَ فَخَطَبَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ إِنِّي أُرِيتُ لَيْلَةَ الْقَدْرِ وَإِنِّي نَسِيتُهَا أَوْ أُنْسِيتُهَا فَالْتَمِسُوهَا فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ كُلِّ وِتْرٍ وَإِنِّي أُرِيتُ أَنِّي أَسْجُدُ فِي مَاءٍ وَطِينٍ فَمَنْ كَانَ اعْتَكَفَ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلْيَرْجِعْ قَالَ فَرَجَعْنَا وَمَا نَرَى فِي السَّمَاءِ قَزَعَةً قَالَ وَجَاءَتْ سَحَابَةٌ فَمُطِرْنَا حَتَّى سَالَ سَقْفُ الْمَسْجِدِ وَكَانَ مِنْ جَرِيدِ النَّخْلِ وَأُقِيمَتْ الصَّلَاةُ فَرَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسْجُدُ فِي الْمَاءِ وَالطِّينِ قَالَ حَتَّى رَأَيْتُ أَثَرَ الطِّينِ فِي جَبْهَتِهِ و حَدَّثَنَا عَبْدُ بْنُ حُمَيْدٍ أَخْبَرَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ أَخْبَرَنَا مَعْمَرٌ ح و حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الدَّارِمِيُّ أَخْبَرَنَا أَبُو الْمُغِيرَةِ حَدَّثَنَا الْأَوْزَاعِيُّ كِلَاهُمَا عَنْ يَحْيَى بْنِ أَبِي كَثِيرٍ بِهَذَا الْإِسْنَادِ نَحْوَهُ وَفِي حَدِيثِهِمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حِينَ انْصَرَفَ وَعَلَى جَبْهَتِهِ وَأَرْنَبَتِهِ أَثَرُ الطِّينِ
1995. Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al Mutsanna telah menceritakan kepada kami Abu 'Amir telah menceritakan kepada kami Hisyam dari Yahya
dari Abu Salamah ia berkata; Kami ingat Lailatul Qadr, lalu saya mendatangi Abu Sa'id Al Khudri radliallahu 'anhu -ia juga adalah temanku- lalu saya bertanya, "Tidakkah Anda keluar bersama kami ke kebun kurma?" Maka ia pun keluar dengan mengenakan jubah(selimut). Kemudian saya bertanya lagi, "Apakah Anda pernah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menyebutkan mengenai Lailatul Qadr?" ia menjawab; "Ya, kami pernah melakukan I'tikaf bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pada sepuluh awal pertengahan Ramadlan. Dan ketika kami keluar pada pagi hari ke dua puluh, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bekhutbah seraya bersabda: "Sesungguhnya aku telah bermimpi diperlihatkan padaku Lailatul Qadr, namun aku lupa -atau- dilupakan lagi. Karena itu, carilah ia pada sepuluh terakhir Ramadlan, yakni pada setiap malam ganjil. Dan sungguh, di dalam mimpiku, aku bersujud di air yang lembab. Maka siapa yang mau melakukan I'tikaf bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, hendaklah ia kembali." Lalu kami pun pulang, dan saat itu saya tidak melihat kabut (tompokan awan)sedikit pun di langit. Namun, tiba-tiba datanglah kumpulan awan, hingga hujan pun turun, hingga masjid tergenang(mengalir) air, padahal masjid itu terbuat dari pelepah kurma. Kemudian shalat pun didirikan dan saya melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sujud di atas hamparan air dan tanah yang melembab, hingga saya melihat bekasnya pada kening beliau.
Dan Telah menceritakan kepada kami Abdu Humaid telah mengabarkan kepada kami Abdurrazaq telah mengabarkan kepada kami Ma'mar -dalam riwayat lain- Dan Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Abdurrahman Ad Darimi telah mengabarkan kepada kami Abul Mughirah telah menceritakan kepada kami Al Auza'i keduanya dari Yahya bin Abu Katsir dengan isnad ini, semisalnya. Dan dalam kedua haditsnya tercantum; "Saya melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam saat beliau usai menunaikan shalat, sementara pada keningnya terdapat bekas (kesan)tanah."
١٩٩٦ - حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى وَأَبُو بَكْرِ بْنُ خَلَّادٍ قَالَا حَدَّثَنَا عَبْدُ الْأَعْلَى حَدَّثَنَا سَعِيدٌ عَنْ أَبِي نَضْرَةَ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ اعْتَكَفَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْعَشْرَ الْأَوْسَطَ مِنْ رَمَضَانَ يَلْتَمِسُ لَيْلَةَ الْقَدْرِ قَبْلَ أَنْ تُبَانَ لَهُ فَلَمَّا انْقَضَيْنَ أَمَرَ بِالْبِنَاءِ فَقُوِّضَ ثُمَّ أُبِينَتْ لَهُ أَنَّهَا فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ فَأَمَرَ بِالْبِنَاءِ فَأُعِيدَ ثُمَّ خَرَجَ عَلَى النَّاسِ فَقَالَ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّهَا كَانَتْ أُبِينَتْ لِي لَيْلَةُ الْقَدْرِ وَإِنِّي خَرَجْتُ لِأُخْبِرَكُمْ بِهَا فَجَاءَ رَجُلَانِ يَحْتَقَّانِ مَعَهُمَا الشَّيْطَانُ فَنُسِّيتُهَا فَالْتَمِسُوهَا فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ الْتَمِسُوهَا فِي التَّاسِعَةِ وَالسَّابِعَةِ وَالْخَامِسَةِ قَالَ قُلْتُ يَا أَبَا سَعِيدٍ إِنَّكُمْ أَعْلَمُ بِالْعَدَدِ مِنَّا قَالَ أَجَلْ نَحْنُ أَحَقُّ بِذَلِكَ مِنْكُمْ قَالَ قُلْتُ مَا التَّاسِعَةُ وَالسَّابِعَةُ وَالْخَامِسَةُ قَالَ إِذَا مَضَتْ وَاحِدَةٌ وَعِشْرُونَ فَالَّتِي تَلِيهَا ثِنْتَيْنِ وَعِشْرِينَ وَهِيَ التَّاسِعَةُ فَإِذَا مَضَتْ ثَلَاثٌ وَعِشْرُونَ فَالَّتِي تَلِيهَا السَّابِعَةُ فَإِذَا مَضَى خَمْسٌ وَعِشْرُونَ فَالَّتِي تَلِيهَا الْخَامِسَةُ و قَالَ ابْنُ خَلَّادٍ مَكَانَ يَحْتَقَّانِ يَخْتَصِمَانِ
1996. Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al Mutsanna dan Abu Bakr bin Khallad keduanya berkata, Telah menceritakan kepada kami Abdul A'la telah menceritakan kepada kami Sa'id dari Abu Nadlrah
dari Abu Sa'id Al Khudri radliallahu 'anhu, ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah I'tikaf pada sepuluh malam pertengahan bulan Ramadlan untuk mencari Lailatul Qadr sebelum hal itu dijelaskan pada beliau. Setelah sepuluh malam pertengahan itu berlalu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan untuk dibuatkan bilik(khemah kecil), tetapi kemudian dibongkar( ditutup). Kemudian dijelaskanlah kepada beliau, bahwa Lailatul Qadr ada pada sepuluh malam terakhir di bulan Ramadlan, lalu beliau memerintahkan untuk dibuatkan bilik lagi, akan tetapi dibongkar kembali. kemudian beliau keluar dan menemui orang-orang dan bersabda: "Wahai sekalian manusia(sahabat2ku), sungguh, telah dijelaskan kepadaku tentang Lailatul Qadr, dan kau keluar untuk memberitahukan kepada kalian tentang hal itu. Namun kemudian datang dua orang yang sama-sama mengaku benar sedangkan mereka ditemani oleh syetan. Sehingga Lailatul Qadr terlupakan olehku. Maka carilah Lailatul Qadr pada sepuluh malam terakhir di bulan Ramadlan, carilah Lailatul Qadr pada malam kesembilan, ketujuh dan kelima (dalam sepuluh malam terakhir itu)." Seseorang berkata, "Wahai Abu Sa'id! Kamu tentu lebih tahu bilangan itu dari pada kami." Abu Sa'id menjawab, "Tentu, kami lebih mengetahui tentang hal itu daripada kalian." Orang itu bertanya lagi, "Apa yang dimaksud dengan malam ke sembilan, ketujuh dan kelima?" ia menjawab, "Jika malam kedua puluh satu telah lewat, maka yang berikutnya adalah malam ke dua puluh dua, dan itulah yang dimaksud dengan malam ke sembilan. Dan apabila malam ke dua puluh tiga telah berlalu, maka berikutnya adalah malam ke tujuh, dan jika malam ke dua puluh lima telah berlalu, maka berikutnya adalah malam ke lima." Dalam riwayat lain Ibnu Khallad berkata "Redaksi keduanya sama-sama mengaku benar" seharusnya keduanya bersengketa(berkelahi atau bertengkar)
١٩٩٧ - و حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ عَمْرِو بْنِ سَهْلِ بْنِ إِسْحَقَ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ الْأَشْعَثِ بْنِ قَيْسٍ الْكِنْدِيُّ وَعَلِيُّ بْنُ خَشْرَمٍ قَالَا حَدَّثَنَا أَبُو ضَمْرَةَ حَدَّثَنِي الضَّحَّاكُ بْنُ عُثْمَانَ وَقَالَ ابْنُ خَشْرَمٍ عَنْ الضَّحَّاكِ بْنِ عُثْمَانَ عَنْ أَبِي النَّضْرِ مَوْلَى عُمَرَ بْنِ عُبَيْدِ اللَّهِ عَنْ بُسْرِ بْنِ سَعِيدٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أُنَيْسٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أُرِيتُ لَيْلَةَ الْقَدْرِ ثُمَّ أُنْسِيتُهَا وَأَرَانِي صُبْحَهَا أَسْجُدُ فِي مَاءٍ وَطِينٍ قَالَ فَمُطِرْنَا لَيْلَةَ ثَلَاثٍ وَعِشْرِينَ فَصَلَّى بِنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَانْصَرَفَ وَإِنَّ أَثَرَ الْمَاءِ وَالطِّينِ عَلَى جَبْهَتِهِ وَأَنْفِهِ قَالَ وَكَانَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ أُنَيْسٍ يَقُولُ ثَلَاثٍ وَعِشْرِينَ
1997. Dan Telah menceritakan kepada kami Sa'id bin Amru bin Sahl bin Ishaq bin Muhammad bin Al Asy'ats bin Qais Al Kindi dan Ali bin Khasyram keduanya berkata, Telah menceritakan kepada kami Abu Dlamrah telah menceritakan kepadaku Adl Dlahak bin Utsman - Ibnu Khasyram berkata- dari Adl Dlahak bin Utsman dari Abu Nadlr Maula Umar bin Ubaidullah, dari Busr bin Sa'id dari Abdullah bin Unais bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Aku diperlihatkan Lailatul Qadr, kemudian aku lupa(dilupakan). Dan esok paginya(pagi malamnya lalilatulqadar) aku sujud di tanah yang basah." Abdullah bin Unais berkata; "Kemudian turun hujan pada malam ke dua puluh tiga dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam shalat bersama kami. Kemudian beliau pulang dan terlihat bekas tanah basah di dahi dan hidung beliau." Abdullah bin Unais juga berkata, "Itu adalah malam kedua puluh tiga."(bukan seperti tadi, riwayat Abu Said kebanyakanya malam 21)
١٩٩٨ - حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا ابْنُ نُمَيْرٍ وَوَكِيعٌ عَنْ هِشَامٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ ابْنُ نُمَيْرٍ الْتَمِسُوا وَقَالَ وَكِيعٌ تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ
1998. Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami
Ibnu Numair dan Waki' dari Hisyam dari bapaknya dari Aisyah radliallahu 'anha, ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda; "Cari dan tunggulah malam lailatul Qadr dalam sepuluh hari terakhir bulan Ramadlan." Ibnu Numair mengatakan dengan redaksi; "ILTAMISUU" sementara Waki' mengatakan dengan redaksi; "TAHARRAW." Dan maknanya adalah satu, yakni mencari-cari dan menunggu.
١٩٩٩ - و حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ حَاتِمٍ وَابْنُ أَبِي عُمَرَ كِلَاهُمَا عَنْ ابْنِ عُيَيْنَةَ قَالَ ابْنُ حَاتِمٍ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ عَنْ عَبْدَةَ وَعَاصِمِ بْنِ أَبِي النَّجُودِ سَمِعَا زِرَّ بْنَ حُبَيْشٍ يَقُولُا سَأَلْتُ أُبَيَّ بْنَ كَعْبٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ فَقُلْتُ إِنَّ أَخَاكَ ابْنَ مَسْعُودٍ يَقُولُ مَنْ يَقُمْ الْحَوْلَ يُصِبْ لَيْلَةَ الْقَدْرِ فَقَالَ رَحِمَهُ اللَّهُ أَرَادَ أَنْ لَا يَتَّكِلَ النَّاسُ أَمَا إِنَّهُ قَدْ عَلِمَ أَنَّهَا فِي رَمَضَانَ وَأَنَّهَا فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ وَأَنَّهَا لَيْلَةُ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ ثُمَّ حَلَفَ لَا يَسْتَثْنِي أَنَّهَا لَيْلَةُ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ فَقُلْتُ بِأَيِّ شَيْءٍ تَقُولُ ذَلِكَ يَا أَبَا الْمُنْذِرِ قَالَ بِالْعَلَامَةِ أَوْ بِالْآيَةِ الَّتِي أَخْبَرَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهَا تَطْلُعُ يَوْمَئِذٍ لَا شُعَاعَ لَهَا
1999. Dan Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Hatim dan Ibnu Abu Umar keduanya dari Ibnu Uyainah - Ibnu Hatim berkata- Telah menceritakan kepada kami Sufyan bin Uyainah
dari Abdah dan Ashim bin Abun Najud keduanya mendengar Zirr bin Hubaisy berkata, saya bertanya kepada Ubay bin Ka'b radliallahu 'anhu. Saya katakan, "Sesungguhnya saudaramu Ibnu Mas'ud berkata, 'Barangsiapa yang menunaikan shalat(beribadat) malam sepanjang tahun, niscaya ia akan mendapatkan malam Lailatul Qadr" Maka Ubay bin Ka'b berkata, "Semoga Allah merahmatinya. Ia menginginkan agar manusia tidak hanya bertawakkal (dia bermaksud orangramai tidak berserah ). Sesungguhnya ia telah mengetahui bahwa Lailatul Qadr terjadi pada bulan Ramadlan, yakni dalam sepuluh hari terakhir tepatnya pada malam ke dua puluh tujuh." kemudian Ubay bin Ka'b bersumpah, bahwa adanya Lailatul Qadr adalah pada malam ke dua puluh tujuh. Maka saya(Zirr bin Hubaisy) pun bertanya, "Dengan landasan apa(engkau berpandukan apa wahai abi munzir?), Anda mengatakan hal itu ya Abu Mundzir?" Ia menjawab, "Dengan dasar alamat atau tanda-tanda yang telah dikabarkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam kepada kami, bahwa(malam qadar dengan hari bberikutnya) di hari itu matahari terbit dengan pancaran cahaya yang tidak menyengat."
Hadits 1999
dari Abdah dan Ashim bin Abun Najud keduanya mendengar Zirr bin Hubaisy berkata, saya bertanya kepada Ubay bin Ka'b radliallahu 'anhu. Saya katakan, "Sesungguhnya saudaramu Ibnu Mas'ud berkata, 'Barangsiapa yang menunaikan shalat(beribadat) malam sepanjang tahun, niscaya ia akan mendapatkan malam Lailatul Qadr" Maka Ubay bin Ka'b berkata, "Semoga Allah merahmatinya. Ia menginginkan agar manusia tidak hanya bertawakkal (dia bermaksud orangramai tidak berserah ). Sesungguhnya ia telah mengetahui bahwa Lailatul Qadr terjadi pada bulan Ramadlan, yakni dalam sepuluh hari terakhir tepatnya pada malam ke dua puluh tujuh." kemudian Ubay bin Ka'b bersumpah, bahwa adanya Lailatul Qadr adalah pada malam ke dua puluh tujuh. Maka saya(Zirr bin Hubaisy) pun bertanya, "Dengan landasan apa(engkau berpandukan apa wahai abi munzir?), Anda mengatakan hal itu ya Abu Mundzir?" Ia menjawab, "Dengan dasar alamat atau tanda-tanda yang telah dikabarkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam kepada kami, bahwa(malam qadar dengan hari bberikutnya) di hari itu matahari terbit dengan pancaran cahaya yang tidak menyengat."
٢٠٠٠ - و حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ قَالَ سَمِعْتُ عَبْدَةَ بْنَ أَبِي لُبَابَةَ يُحَدِّثُ عَنْ زِرِّ بْنِ حُبَيْشٍ عَنْ أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ أُبَيٌّ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ وَاللَّهِ إِنِّي لَأَعْلَمُهَا قَالَ شُعْبَةُ وَأَكْبَرُ عِلْمِي هِيَ اللَّيْلَةُ الَّتِي أَمَرَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِقِيَامِهَا هِيَ لَيْلَةُ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ وَإِنَّمَا شَكَّ شُعْبَةُ فِي هَذَا الْحَرْفِ هِيَ اللَّيْلَةُ الَّتِي أَمَرَنَا بِهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ وَحَدَّثَنِي بِهَا صَاحِبٌ لِي عَنْهُ
2000. Dan Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al Mutsanna telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja'far telah menceritakan kepada kami Syu'bah ia berkata, saya mendengar Abdah bin Abu Lubabah menceritakan
dari Zirr bin Hubaisy dari Ubay bin Ka'b radliallahu 'anhu, ia berkata terkait dengan malam Lailatul Qadr, "Demi Allah, saya benar-benar mengetahuinya." -Syu'bah berkata-, "Dan sedalam apa yang saya ketahui, bahwa Lailatul Qadr itu suatu malam yang Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan kami untuk menunaikan shalat padanya(malam beribadat padanya). Tepatnya malam itu adalah malam ke dua puluh tujuh." Syu'bah hanya ragu mengenai kalimat(perkataan tadi); (Lailatul Qadr) adalah malam yang Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah memerintahkannya kami(itu lafaz syak Syukbah perawi sebut dengan pasti malam ke 27)." Ia berkata, Dan sahabatku telah menceritakannya kepadaku dari(pada) Abdah.
٢٠٠١ - و حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبَّادٍ وَابْنُ أَبِي عُمَرَ قَالَا حَدَّثَنَا مَرْوَانُ وَهُوَ الْفَزَارِيُّ عَنْ يَزِيدَ وَهُوَ ابْنُ كَيْسَانَ عَنْ أَبِي حَازِمٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ تَذَاكَرْنَا لَيْلَةَ الْقَدْرِ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ أَيُّكُمْ يَذْكُرُ حِينَ طَلَعَ الْقَمَرُ وَهُوَ مِثْلُ شِقِّ جَفْنَةٍ
2001. Dan Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abbad dan Ibnu Abu Umar keduanya berkata, Telah menceritakan kepada kami Marwan Al Fazari dari Yazid bin Kaisan dari Abu Hazim
dari Abu Hurairah, ia berkata; Kami teringat dengan malam Lailatul Qadr di sisi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, maka beliau pun bersabda: "Siapakah di antara kalian yang teringat ketika(mana) bulan muncul (naik dalam keadaan seperti besen pecah yakni bulan kecil yakni ketika hujung)seperti belahan nampan?."
١٥ - الاعتكاف » ٥٦٩ - اعتكاف العشر الأواخر من رمضان
15. Iktikaf » 569. Iktikaf sepuluh hari di bulan ramadan
باب اعْتِكَافِ الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ:
-iktikaf tidak khusus pada bulan Ramadan tetapi bulan Ramadan lebih utama bererti lagi.
-Maksud iktikaf untuk melatih diri kita ingat pada Allah swt dan senang hati bila putus hubungan dengan benda lain.
-hendak atau tidak kita akan jumpa nanti keadaan itu jadi eluklah berlatih ada ketika kita nak hanya Allah sahaja seperti dalam keadaan sakit ,duk ingat mati dan banyak kesalahan jadi yang kita nak hanya Allah semata2 pada masa itu. Itulah yang perlu dilatih.
-yang kedua iktikaf juga memberi pengajaran tentang hormat pada satu tempat, jangan semua tempat sama iaitu masjid. Yang dikehendaki bukan hanya di masjid tetapi akan dibawa keluar. Jika duduk dimasjid dengan sanggup berlatih kemudian dibawa keluar.
Semata iktikaf tiada faedah sebab tidak boleh dibawa keluar.
-Iktikaf yang berfaedah akan menghasilkan orang yang tidak makan riba,tidak rasuah ,tidak maksiat.
-iktikaf 10 akhir Ramadan ditekankan.
-iktikaf tidak syarat berpuasa.
-bahkan sah iktikaf sekejap.
-lama masa iktikaf lebih sikit dari tamanianah rukuk sudah dikira iktikaf.
-orang yang lalu dalam masjid sudah sah.
-yang masyhur duduk sekejap pun sudah iktikaf.
- bila sudah keluar bila masuk niat semula
- tiada zikir khusus untuk iktikaf.
-semata-mata duduk dalam masjid sudah dikira iktikaf.
-Ini pendapat Syafie.
-pendapat Malik iktikaf kena berpuasa.
-10 awal syawal boleh iktikaf
-isteri2 dan sahabat2 nabi saw beriktikaf hanya di masjid.
-Abu Hanifah kata sah wanita iktikaf masjid rumah(tempat yang dikhaskan untuk solat).khusus untuk perempuan sahaja. Qaul qadim syafie ada pendapat seperti ini.
Ramai juga berpendapat begini.
Jumhur berselisih pendapat syarat masjid iktikaf. Asal telah diniat masjid boleh.
-tiada had lama masa iktikaf.
- ada pendapat kata malam lebih khusus untuk iktikaf.
-boleh pasang khemah atau ruang untuk tidur jika tidak menganggu orang lain
-bila nak solat kena buka.
-isteri2 nabi saw suka beribadat
-nabi saw suruh tutup untuk jaga dari fitnah dan elak ibadah kerana dunia (menawan hatinya)serta nak ajar maksud iktikaf iaitu jauh atau putus hubungan sebentar dari anak isteri .
٢٠٠٢ - حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ مِهْرَانَ الرَّازِيُّ حَدَّثَنَا حَاتِمُ بْنُ إِسْمَعِيلَ عَنْ مُوسَى بْنِ عُقْبَةَ عَنْ نَافِعٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَعْتَكِفُ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ
2002. Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Mihran Ar Razi telah menceritakan kepada kami Hatim bin Isma'il dari Musa bin Uqbah dari Nafi'
dari Ibnu Umar radliallahu 'anhuma, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam melakukan I'tikaf pada sepuluh terakhir dari bulan Ramadlan.
٢٠٠٣ - و حَدَّثَنِي أَبُو الطَّاهِرِ أَخْبَرَنَا ابْنُ وَهْبٍ أَخْبَرَنِي يُونُسُ بْنُ يَزِيدَ أَنَّ نَافِعًا حَدَّثَهُ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ الْأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ قَالَ نَافِعٌ وَقَدْ أَرَانِي عَبْدُ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ الْمَكَانَ الَّذِي كَانَ يَعْتَكِفُ فِيهِ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ الْمَسْجِدِ
2003. Dan telah menceritakan kepadaku Abu Thahir telah mengabarkan kepada kami Ibnu Wahb telah mengabarkan kepadaku Yunus bin Yazid bahwa Nafi' telah menceritakan kepadanya
dari Abdullah bin Umar radliallahu 'anhuma bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melakukan I'tikaf pada sepuluh terakhir dari bulan Ramadlan. Nafi' berkata, "Dan Abdullah bin Umar telah memperlihatkan kepadaku tempat yang terdapat dalam ruangan Masjid, tempat yang Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pergunakan untuk melakukan I'tikaf."
٢٠٠٤ - و حَدَّثَنَا سَهْلُ بْنُ عُثْمَانَ حَدَّثَنَا عُقْبَةُ بْنُ خَالِدٍ السَّكُونِيُّ عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ الْقَاسِمِ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ الْأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ
2004. Dan Telah menceritakan kepada kami Sahl bin Utsman telah menceritakan kepada kami Uqbah bin Khalid As Sakuni dari Ubaidullah bin Umar dari Abdurrahman bin Al Qasim dari bapaknya
dari Aisyah radliallahu 'anha, ia berkata; Bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melakukan I'tikaf pada sepuluh terakhir dari bulan Ramadlan."
٢٠٠٥ - حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى أَخْبَرَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ ح و حَدَّثَنَا سَهْلُ بْنُ عُثْمَانَ أَخْبَرَنَا حَفْصُ بْنُ غِيَاثٍ جَمِيعًا عَنْ هِشَامٍ ح و حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَأَبُو كُرَيْبٍ وَاللَّفْظُ لَهُمَا قَالَا حَدَّثَنَا ابْنُ نُمَيْرٍ عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ الْأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ
2005. Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya telah mengabarkan kepada kami Abu Mu'awiyah -dalam riwayat lain- Dan Telah menceritakan kepada kami Sahl bin Utsman telah mengabarkan kepada kami Hafsh bin Ghiyats semuanya dari Hisyam -dalam riwayat lain- Dan Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah dan Abu Kuraib -dan lafazh milik mereka berdua- keduanya berkata, Telah menceritakan kepada kami Ibnu Numair dari Hisyam bin Urwah dari bapaknya
dari Aisyah radliallahu 'anha, ia berkata; Bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melakukan I'tikaf pada sepuluh terakhir dari bulan Ramadlan.
٢٠٠٦ - و حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا لَيْثٌ عَنْ عُقَيْلٍ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ عُرْوَةَ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ الْأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى تَوَفَّاهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِهِ
2006. Dan Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'id telah menceritakan kepada kami Laits dari Uqail dari Az Zuhri dari Urwah
dari Aisyah radliallahu 'anha, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam melakukan I'tikaf pada sepuluh terakhir dari bulan Ramadlan, hingga Allah 'azza wajalla mewafatkannya. Setelah itu, isteri-isternya pun(pula) melakukan I'tikaf."
١٥ - الاعتكاف » ٥٧٠ - متى يدخل من أراد الاعتكاف في معتكفه
15. Iktikaf » 570. Kapan orang yang akan iktikaf masuk masjid
باب مَتَى يَدْخُلُ مَنْ أَرَادَ الاِعْتِكَافَ فِي مُعْتَكَفِهِ:
٢٠٠٧ - حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى أَخْبَرَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ عَنْ يَحْيَى بْنِ سَعِيدٍ عَنْ عَمْرَةَ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَرَادَ أَنْ يَعْتَكِفَ صَلَّى الْفَجْرَ ثُمَّ دَخَلَ مُعْتَكَفَهُ وَإِنَّهُ أَمَرَ بِخِبَائِهِ فَضُرِبَ أَرَادَ الِاعْتِكَافَ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ فَأَمَرَتْ زَيْنَبُ بِخِبَائِهَا فَضُرِبَ وَأَمَرَ غَيْرُهَا مِنْ أَزْوَاجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِخِبَائِهِ فَضُرِبَ فَلَمَّا صَلَّى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْفَجْرَ نَظَرَ فَإِذَا الْأَخْبِيَةُ فَقَالَ آلْبِرَّ تُرِدْنَ فَأَمَرَ بِخِبَائِهِ فَقُوِّضَ وَتَرَكَ الِاعْتِكَافَ فِي شَهْرِ رَمَضَانَ حَتَّى اعْتَكَفَ فِي الْعَشْرِ الْأَوَّلِ مِنْ شَوَّالٍ و حَدَّثَنَاه ابْنُ أَبِي عُمَرَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ ح و حَدَّثَنِي عَمْرُو بْنُ سَوَّادٍ أَخْبَرَنَا ابْنُ وَهْبٍ أَخْبَرَنَا عَمْرُو بْنُ الْحَارِثِ ح و حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ رَافِعٍ حَدَّثَنَا أَبُو أَحْمَدَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ ح و حَدَّثَنِي سَلَمَةُ بْنُ شَبِيبٍ حَدَّثَنَا أَبُو الْمُغِيرَةِ حَدَّثَنَا الْأَوْزَاعِيُّ ح و حَدَّثَنِي زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ بْنِ سَعْدٍ حَدَّثَنَا أَبِي عَنْ ابْنِ إِسْحَقَ كُلُّ هَؤُلَاءِ عَنْ يَحْيَى بْنِ سَعِيدٍ عَنْ عَمْرَةَ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمَعْنَى حَدِيثِ أَبِي مُعَاوِيَةَ وَفِي حَدِيثِ ابْنِ عُيَيْنَةَ وَعَمْرِو بْنِ الْحَارِثِ وَابْنِ إِسْحَقَ ذِكْرُ عَائِشَةَ وَحَفْصَةَ وَزَيْنَبَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُنَّ أَنَّهُنَّ ضَرَبْنَ الْأَخْبِيَةَ لِلِاعْتِكَافِ
2007. Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya telah mengabarkan kepada kami Abu Mu'awiyah dari Yahya bin Sa'id dari Amrah
dari Aisyah radliallahu 'anha, ia berkata; Jika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam hendak I'tikaf, beliau shalat Shubuh terlebih dahulu, lalu masuk ke tempat I'tikafnya dan beliau memerintahkan untuk dibuatkan bilik kecil(khemah kecilnya), maka dibuatlah. Beliau ingin I'tikaf pada sepuluh hari terakhir Ramadlan. Zainab juga minta dibuatkan bilik kecil, maka dibuatkanlah untuknya. Ketika beliau hendak menunaikan shalat Shubuh, beliau bersabda: "Kebaikan(kebajikan) apa yang kalian inginkan?" Beliau lalu memerintahkan agar bilik-bilik(khemah) itu dibongkar, lalu beliau batalkan I'tikaf di bulan Ramadlan. Sehingga beliau I'tikaf pada sepuluh hari pertama di bulan Syawal.
Dan Telah menceritakannya kepada kami Ibnu Abu Umar telah menceritakan kepada kami Sufyan -dalam riwayat lain- Dan telah menceritakan kepadaku Amru bin Sawwad telah mengabarkan kepada kami Ibnu Wahb telah mengabarkan kepada kami Amru bin Harits -dalam riwayat lain- Dan telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Rafi' telah menceritakan kepada kami Abu Ahmad telah menceritakan kepada kami Sufyan -dalam riwayat lain- Dan telah menceritakan kepadaku Salamah bin Syabib telah menceritakan kepada kami Abul Mughirah telah menceritakan kepada kami Al Auza'i -dalam riwayat lain- Dan telah menceritakan kepadaku Zuhair bin Harb telah menceritakan kepada kami Ya'qub bin Ibrahim bin Sa'd telah menceritakan kepada kami bapakku dari Abu Ishaq semuanya dari Yahya bin Sa'id dari Amrah dari Aisyah radliallahu 'anha, dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, yakni sebagaimana makna hadits Abu Mu'awiyah. Dan di dalam haditsnya Ibnu Uyainah, Amru bin Harits dan Ibnu Ishaq disebutkah; Aisyah, Hafshah dan Zainab radliallahu 'anhunna, meminta dibuatkan bilik-bilik (khemah)untuk I'tikaf.
١٥ - الاعتكاف » ٥٧١ - الاجتهاد في العشر الأواخر من شهر رمضان
15. Iktikaf » 571. Sungguh-sungguh di sepuluh akhir bulan ramadan
-sebelum itu boleh jadi tidur dan ini tidak tidur
باب الاِجْتِهَادِ فِي الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ:
٢٠٠٨ - حَدَّثَنَا إِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ الْحَنْظَلِيُّ وَابْنُ أَبِي عُمَرَ جَمِيعًا عَنْ ابْنِ عُيَيْنَةَ قَالَ إِسْحَقُ أَخْبَرَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ عَنْ أَبِي يَعْفُورٍ عَنْ مُسْلِمِ بْنِ صُبَيْحٍ عَنْ مَسْرُوقٍ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ أَحْيَا اللَّيْلَ وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ وَجَدَّ وَشَدَّ الْمِئْزَرَ
2008. Telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Ibrahim Al Hanzhali dan Ibnu Abu Umar semuanya dari Ibnu Uyainah - Ishaq berkata- telah mengabarkan kepada kami Sufyan bin Uyainah dari Abu Ya'fur dari Muslim bin Shubaih dari Masruq
dari Aisyah radliallahu 'anha, ia berkata; Ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memasuki sepuluh terakhir (Ramadlan), maka beliau menghidupkan malam-malamnya (dengan qiyamullail) dan membangunkan keluarganya serta mengencangkan ikatan kainnya (menjauhi isterinya untuk lebih konsentrasi beribadah)."
٢٠٠٩ - حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ وَأَبُو كَامِلٍ الْجَحْدَرِيُّ كِلَاهُمَا عَنْ عَبْدِ الْوَاحِدِ بْنِ زِيَادٍ قَالَ قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَاحِدِ عَنْ الْحَسَنِ بْنِ عُبَيْدِ اللَّهِ قَالَ سَمِعْتُ إِبْرَاهِيمَ يَقُولُ سَمِعْتُ الْأَسْوَدَ بْنَ يَزِيدَ يَقُولُ قَالَتْ عَائِشَةُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَجْتَهِدُ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مَا لَا يَجْتَهِدُ فِي غَيْرِهِ
2009. Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'id dan Abu Kamil Al Jahdari keduanya dari Abdul Wahid bin Ziyad - Qutaibah berkata- Telah menceritakan kepada kami Abdul Wahid dari Al Hasan bin Ubaidullah ia berkata, saya mendengar Ibrahim berkata; saya mendengar Al Aswad bin Yazid berkata,
Aisyah berkata; "Pada sepuluh terakhir bulan Ramadlan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam lebih giat beribadah melebihi hari-hari selainnya."(tidak dia bersungguh seperti pada bulan yang lain)
١٥ - الاعتكاف » ٥٧٢ - صوم عشر ذي الحجة
15. Iktikaf » 572. Puasa sepuluh hari di bulan dzul hijjah
-riwayat lain ada nabi saw berpuasa.
-bukan tiada langsung.
- ini yang Aishah tengok.
- hadits ;Tidak ada hari-hari yang beramal soleh padanya lebih afdal daripada hari-hari diawal bulan zulhijjah.
باب صَوْمِ عَشْرِ ذِي الْحِجَّةِ:
٢٠١٠ - حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَأَبُو كُرَيْبٍ وَإِسْحَقُ قَالَ إِسْحَقُ أَخْبَرَنَا وَقَالَ الْآخَرَانِ حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ إِبْرَاهِيمَ عَنْ الْأَسْوَدِ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ مَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَائِمًا فِي الْعَشْرِ قَطُّ
2010. Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah dan Abu Kuraib dan Ishaq -Ishaq berkata- telah mengabarkan kepada kami -sementara dua orang yang lain berkata- Telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah dari Al A'masy dari Ibrahim dari Al Aswad,
dari 'Aisyah, ia berkata; "Aku sama sekali belum pernah melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berpuasa pada sepuluh hari (di awal Dzulhijjah)."
٢٠١١ - و حَدَّثَنِي أَبُو بَكْرِ بْنُ نَافِعٍ الْعَبْدِيُّ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ إِبْرَاهِيمَ عَنْ الْأَسْوَدِ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمْ يَصُمْ الْعَشْرَ
2011. Dan telah menceritakan kepadaku Abu Bakr bin Nafi' Al Abdi telah menceritakan kepada kami Abdurrahman telah menceritakan kepada kami Sufyan dari Al A'masy dari Ibrahim dari Al Aswad
dari Aisyah radliallahu 'anha, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tidak pernah berpuasa pada sepuluh hari pertama dari bulan Dzul Hijjah.
Minit 25
Tiada ulasan:
Catat Ulasan